JAKARTA, RADIANTVOICE.ID – Dalam acara Seminar Literasi bertema Meningkatkan Peran Perempuan dalam Membangun Budaya Literasi di Lingkungan Keluarga dan Komunitas pada Senin (25/11/2024), Sri Suparni Bahlil menyampaikan pentingnya peran perempuan dalam membangun budaya literasi. Sambutan tersebut sekaligus memperkenalkan buku perjalanan hidupnya sebagai bentuk karya nyata yang sarat makna.
“Alhamdulillah, saya mendapat kesempatan untuk menulis buku yang merekam perjalanan lima tahun mendampingi suami menjabat di Kementerian Investasi/BKPM. Buku ini bukan hanya kenangan, tetapi juga pertanggungjawaban saya kepada khalayak,” ujar Sri di hadapan peserta seminar.
Ia menekankan bahwa perempuan memiliki peran luar biasa, tidak hanya sebagai pendamping, tetapi juga sebagai madrasah utama bagi anak-anaknya. “Perempuan itu sangat dimuliakan oleh Allah. Kita adalah madrasah pertama bagi generasi penerus,” tambahnya.
Dalam seminar itu, Sri terinspirasi oleh berbagai kisah yang dibagikan, termasuk cerita Ibu Luluk yang tegar merawat dan melepas kepergian putra pertamanya, ananda Sultan. “Masya Allah, saya sangat terharu. Jika saya berada di posisi beliau, belum tentu saya setegar itu. Namun, di sinilah pentingnya kita saling menguatkan dan mendoakan,” katanya.
Sri juga mengajak para peserta untuk mendoakan almarhum ananda Sultan agar mendapat husnul khatimah. “Insyaallah, kita doakan semoga ananda Sultan menjadi jalan surga bagi kedua orang tuanya,” ujarnya penuh haru.
Dalam bukunya, Sri mengisahkan perjalanan hidup yang penuh tantangan, termasuk saat hijrah ke Papua. Berangkat dari Sragen, ia menumpang truk menuju Surabaya, lalu melanjutkan perjalanan dengan kapal selama tujuh hari tujuh malam. “Saya harus meninggalkan zona nyaman demi membantu keluarga,” kenangnya.
Di Papua, Sri memulai hidup sebagai pedagang keliling, menghadapi cibiran, hingga jatuh bangun membangun usaha. “Tahun 1997-1998, Papua menjadi tempat yang sangat potensial. Dari pengalaman itu, saya belajar bahwa perempuan memiliki kekuatan luar biasa untuk bangkit dari keterbatasan,” tuturnya.
Selain sebagai pengusaha, Sri juga aktif di organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan pernah menjabat sebagai Ketua Cabang HMI Sorong. Di sana, ia pertama kali bertemu dengan suaminya, Bahlil Lahadalia, dalam sebuah pelatihan.
Sampul buku yang ia tulis mencerminkan perjalanan hidupnya, dengan gambar dirinya mengenakan pakaian adat Papua dan kebaya yang dipadukan dengan kain Papua. “Ini simbol perjalanan saya selama 25 tahun di Papua, yang membentuk siapa saya hari ini,” jelasnya.
Sri berharap, bukunya dapat menjadi inspirasi bagi perempuan lain untuk terus berkarya di mana pun berada. “Setiap perempuan punya potensi untuk menciptakan karya luar biasa, asalkan ada kemauan dan tekad,” katanya.
Ia juga menekankan bahwa literasi bukan sekadar membaca dan menulis, tetapi juga menciptakan dampak positif bagi komunitas. “Apa pun jabatan dan profesinya, yang penting adalah bagaimana kita bisa bermanfaat untuk sesama,” pungkasnya.
Rencananya, buku tersebut akan dibahas lebih mendalam dalam acara bedah buku yang akan datang. Sri mengajak para peserta seminar untuk terus bersemangat dan saling mendukung. “Semoga Allah memberikan keberkahan dalam setiap langkah kita. Tetap semangat dan jadilah diri sendiri,” tutupnya (RED).
Discussion about this post