JAKARTA, RADIANTVOICE.ID – Hetifah Sjaifudian, Ketua Komisi X DPR RI, mengajak perempuan Indonesia untuk lebih berperan aktif dalam mendorong budaya literasi di lingkungan keluarga dan komunitas. Hal itu dikatakannya dalam seminar literasi bertema Meningkatkan Peran Perempuan dalam Membangun Budaya Literasi di Lingkungan Keluarga dan Komunitas di Jakarta pada Senin (25/11/2024).
Dalam sambutannya, Hetifah mengungkapkan, “Budaya baca kita rendah, tapi mari kita pertanyakan mengapa hal ini terjadi. Salah satunya adalah kurangnya bahan bacaan yang berkualitas dan belum meratanya akses terhadap buku-buku yang inspiratif.” Ia menambahkan bahwa dengan adanya program 10.000 desa, diharapkan bisa menyediakan buku berkualitas dan fasilitas perpustakaan yang baik untuk masyarakat.
Hetifah juga menekankan pentingnya literasi, khususnya bagi perempuan, yang menurutnya memiliki peran utama dalam pendidikan literasi anak-anak. “Sebagai ibu, kita memiliki tempat yang istimewa dalam kehidupan anak-anak, terutama dalam mendukung budaya membaca. Kita bisa menjadi contoh yang baik bagi mereka,” ujarnya.
Kenangan pribadi Hetifah turut menjadi contoh nyata pentingnya peran ibu dalam literasi. “Anak-anak saya pernah menuliskan di media sosial mereka, ‘Salah satu kenangan favorit saya adalah saat kami membaca buku bersama ibu kami. Terima kasih, Mama,'” kenang Hetifah, yang merasakan betul dampak positif membaca dalam keluarga.
Menurutnya, membaca bersama anak tidak hanya memberi ilmu, tetapi juga menguatkan ikatan emosional. “Membaca bersama anak membuat hati kita meleleh. Sebagai ibu, kita merasa luar biasa bisa memberikan dampak besar dalam kehidupan mereka,” tambah Hetifah.
Ia juga menjelaskan bahwa literasi bukan hanya tentang kemampuan membaca, tetapi bagaimana seseorang dapat memahami dan mengaplikasikan apa yang telah dibaca. “Literasi adalah kemampuan untuk memahami dan mengartikulasikan isi bacaan kita, bahkan mengubah pengetahuan itu menjadi karya yang bermanfaat bagi masyarakat,” jelas Hetifah.
Dalam seminar ini, Hetifah juga mengajak peserta untuk melihat literasi sebagai bekal untuk menciptakan karya yang bermanfaat. “Penting bagi kita untuk memanfaatkan ilmu yang didapatkan melalui membaca, bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi untuk memberi nilai tambah kepada orang lain,” tandasnya.
Namun, ia juga mengakui tantangan besar yang dihadapi Indonesia dalam meningkatkan budaya literasi. “Hanya satu dari seribu orang yang rajin membaca, dan bahkan mereka sering hanya membaca judul buku tanpa memahami isinya,” ujarnya.
Untuk itu, Hetifah mendorong masyarakat untuk lebih memanfaatkan waktu untuk membaca buku dan meningkatkan durasi membaca. “Rata-rata durasi membaca masyarakat Indonesia hanya sekitar 1 jam 30 menit hingga 10 jam per minggu. Kita harus berusaha meningkatkan durasi ini,” imbuhnya.
Dalam upaya meningkatkan literasi, Hetifah juga menekankan pentingnya menumbuhkan rasa ingin tahu dan keterampilan berpikir kritis pada anak-anak. “Kita harus memulai dengan menumbuhkan rasa ingin tahu pada anak-anak dan menyediakan bahan bacaan yang berkualitas,” katanya.
Seminar ini diharapkan dapat membuka jalan bagi perempuan Indonesia untuk lebih berperan dalam meningkatkan budaya literasi di keluarga dan masyarakat. “Mari kita bersama-sama menciptakan budaya membaca yang kuat, dimulai dari lingkungan terkecil kita, yaitu keluarga,” pungkas Hetifah.
Acara seminar literasi ini sendiri dihadiri para ketua organisasi perempuan di bawah naungan Kongres Wanita Indonesia (Kowani), organisasi masyarakat (ormas) perempuan Hasta Karya (HWK), KPPG, Kartini AMPI, KPMDI, Wanita Swadiri, PPK Kosgoro 1957, GPPK Kosgoro 1957, Hiwasi, dan Ormas MKGR dan Pengurus DPP Pengajian Al-Hidayah (RED)
			








		    





















                
Discussion about this post