JAKARTA, RADIANTVOICE.ID – Fraksi Partai Golkar menggelar diskusi bertajuk “Mencari Cara Ekonomi Tumbuh Tinggi” di Ruang Rapat Fraksi Partai Golkar di Gedung Parlemen Jakarta pada Selasa (19/11/2024). Diskusi ini mengupas langkah-langkah strategis untuk mewujudkan target pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 8 persen, sebagaimana diinginkan Presiden Prabowo Subianto.
“Target pertumbuhan ekonomi 8 persen adalah hal yang optimistis, tetapi tidak mustahil. Namun, untuk mencapainya, kita tidak bisa hanya mengandalkan kebijakan fiskal semata,” ujar Ketua Fraksi Partai Golkar sekaligus Sekjen Partai Golkar, M. Sarmuji, saat membuka diskusi.
Sarmuji menjelaskan bahwa ruang fiskal pemerintah saat ini terbatas. “Sebagian besar anggaran sudah dialokasikan untuk pengeluaran rutin, subsidi, mandatory spending seperti pendidikan, dan pembayaran bunga utang. Pendapatan negara juga sangat bergantung pada harga komoditas,” katanya.
Oleh karena itu, ia menekankan perlunya kebijakan non-fiskal yang inovatif, termasuk kebijakan moneter dari Bank Indonesia. “Kita bisa belajar dari era 1988-1995, ketika Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) berhasil mendorong pertumbuhan ekonomi hingga 10 persen. Kebijakan serupa bisa diadaptasi dengan prinsip kehati-hatian,” paparnya.
Sarmuji menilai, Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (PPSK) memberi landasan hukum untuk kebijakan semacam itu. “Bank Indonesia kini punya tugas untuk mengelola likuiditas guna mendukung pertumbuhan ekonomi. Ini peluang untuk merealisasikan kebijakan moneter yang lebih terarah,” tambahnya.
Ia juga menyoroti pentingnya mendukung sektor-sektor strategis seperti perumahan, manufaktur, serta ketahanan pangan dan energi. “Jika kredit diberikan dengan bunga di bawah harga pasar untuk sektor-sektor ini, pertumbuhan ekonomi akan lebih merata dan berdampak luas,” tegasnya.
Selain itu, Sarmuji menyoroti program hilirisasi yang selama ini kurang mendapatkan dukungan pembiayaan dari perbankan nasional. “Hilirisasi adalah mesin pertumbuhan baru. Namun, tanpa kredit yang memadai, program ini sulit diimplementasikan dan dampaknya terhadap ekonomi akan terbatas,” jelasnya.
Ia juga menyebut bahwa pembiayaan dari sektor perbankan dalam negeri dapat menjadi solusi untuk mengakselerasi hilirisasi. “Kalau program hilirisasi mendapatkan dukungan yang cukup, kita bisa melihat pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi lagi,” katanya.
Diskusi ini menghadirkan beberapa narasumber, termasuk Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara dan Ketua Badan Supervisi Bank Indonesia Muhammad Nawir Messi. “Kami berharap diskusi ini memberikan manfaat dan solusi konkret bagi perekonomian Indonesia,” tutup Sarmuji (RED).
Discussion about this post