GIANYAR, RADIANTVOICE.ID– Rencana pembangunan Bandara Internasional Bali Utara mendapat dukungan penuh dari para raja di Pulau Dewata. Mereka mendukung konsep reklamasi laut di Kecamatan Kubutambahan, Buleleng, demi melindungi kelestarian situs budaya dan peradaban kuno di daratan.
Raja Puri Agung Klungkung sekaligus Ketua Paguyuban Raja-Raja se-Bali, Ida Dalem Semara Putra, menekankan pentingnya menjaga kesakralan Pura Penegil Dharma, peninggalan bersejarah dari era Wangsa Warmadewa abad ke-9.
“Itu (Pura Penegil Dharma) jangan sampai tergerus demi sebuah pembangunan dan masa depan,” ujar Semara Putra dalam pertemuan raja-raja se-Bali dengan PT BIBU Panji Sakti di Puri Agung Blahbatuh, Gianyar, Jumat (15/11/2024) kemarin.
Proyek Tanpa Mengorbankan Budaya
Semara Putra mengapresiasi konsep pembangunan di laut sebagai solusi yang menghindari kerusakan budaya dan lingkungan daratan. “Biarkan kesakralannya ada, biarkan budayanya terjaga karena itu yang mendatangkan wisatawan ke Bali selama ini,” katanya.
Penglingsir Puri Agung Blahbatuh, Anak Agung Ngurah Alit Kakarsana, juga menilai lokasi di laut paling tepat. Selain melindungi situs budaya, konsep ini mendukung pengembangan kargo dan ekspor Bali ke pasar internasional.
“Dibawa ke laut sudah paling pantas karena akan lebih leluasa dan menghidupkan sektor ekspor dari Indonesia melalui Bali,” ujar Kakarsana.
Presiden Direktur PT BIBU Panji Sakti, Erwanto Sad Adiatmoko Hariwibowo, menjelaskan bahwa proyek senilai Rp 50 triliun ini dibiayai sepenuhnya oleh sektor swasta tanpa menggunakan dana pemerintah. Investor utamanya adalah Chang Ye Construction Group dari Cina.
“Targetnya 2027 selesai satu runway dan langsung beroperasi. Bandara ini akan menyerap sekitar 200 ribu tenaga kerja,” ungkap Erwanto.
Dukungan para raja se-Bali diharapkan memastikan pembangunan berjalan lancar tanpa merusak situs suci dan nilai budaya, sekaligus mendukung pemerataan ekonomi di Bali Utara (RED).
Discussion about this post