KENDARI, RADIANTVOICE.ID – PT Pelindo Terminal Petikemas (SPTP) memperingati Hari Maritim Nasional dengan langkah nyata untuk melindungi lingkungan pesisir. Melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL), perusahaan tersebut melaksanakan rehabilitasi kawasan mangrove seluas 25 hektar. Sebanyak 64.900 bibit mangrove ditanam di tiga wilayah, yakni Desa Puasana dan Kelurahan Lalowaru di Kabupaten Konawe Selatan, serta Kelurahan Bungkutoko di Kota Kendari.
Widyaswendra, Corporate Secretary PT Pelindo Terminal Petikemas, menegaskan komitmen perusahaan terhadap keberlanjutan lingkungan dan pengurangan emisi karbon. “Kami tidak hanya fokus pada bisnis dan ekonomi, tetapi juga pada pelestarian lingkungan. Mangrove adalah benteng alam yang efektif untuk mengatasi abrasi dan mampu menyerap karbon lebih banyak daripada hutan daratan,” jelasnya.
Program rehabilitasi ini merupakan bagian dari upaya Pelindo dalam mendukung target net zero emission. Selain itu, Widyaswendra menambahkan bahwa mangrove memiliki peran penting dalam menjaga ekosistem pesisir, terutama sebagai penahan gelombang dan perlindungan dari dampak perubahan iklim.
Rehabilitasi mangrove ini tidak dilakukan sendirian. Pelindo bekerja sama dengan Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Sampara dan kelompok nelayan setempat. Mereka akan berperan aktif mulai dari penyediaan bibit hingga proses penanaman mangrove.
“Ini adalah kolaborasi yang melibatkan berbagai pihak untuk mencapai tujuan bersama, yaitu melestarikan lingkungan dan mendukung kesejahteraan masyarakat,” kata Widyaswendra.
Laode Yulardhi Junus, Kepala Bidang Pengolahan Daerah Aliran Sungai, Rehabilitasi Hutan, dan Lahan Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Tenggara, menyambut baik inisiatif ini. Menurutnya, rehabilitasi mangrove tak hanya berdampak pada ekologi, tapi juga pada ekonomi masyarakat pesisir yang bergantung pada sumber daya laut.
“Dengan pulihnya mangrove, nelayan akan mendapatkan hasil tangkapan yang lebih baik, seperti kepiting dan udang,” ujarnya.
Junus juga menyoroti potensi pengembangan kawasan mangrove ini sebagai destinasi ekowisata. “Jika ekosistem mangrove dipulihkan dengan baik, daerah ini bisa menarik wisatawan, yang tentunya akan memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar,” tambahnya.
Program ini diharapkan tidak hanya berfungsi sebagai solusi ekologis, tetapi juga menciptakan dampak sosial yang berkelanjutan. Dengan terjaganya ekosistem mangrove, pelestarian lingkungan pesisir akan berjalan seiring dengan peningkatan kesejahteraan ekonomi warga yang bergantung pada laut.
Bagi para nelayan yang telah merasakan dampak abrasi dan rusaknya habitat mangrove, upaya rehabilitasi ini menjadi harapan baru. Mereka berharap hasil tangkapan akan meningkat, seiring dengan pemulihan kondisi ekosistem laut yang mendukung biota seperti kepiting, udang, dan ikan.
Selain itu, pelibatan masyarakat dalam program ini juga menjadi bagian penting dari keberhasilannya. Dengan keterlibatan aktif nelayan setempat, program rehabilitasi mangrove akan lebih berkelanjutan karena warga memiliki rasa tanggung jawab untuk menjaga dan merawat hutan mangrove yang telah ditanam.
Inisiatif rehabilitasi ini adalah langkah nyata dalam memadukan kepentingan ekonomi dan lingkungan, yang diharapkan akan menjadi model bagi program-program serupa di masa depan (RED).
Discussion about this post