LEBANON, RADIANTVOICE.ID – Israel melakukan serangan udara besar-besaran ke Lebanon selatan, mengklaim bahwa pesawat tempurnya telah menghantam lebih dari 100 peluncur roket milik Hezbollah dan sejumlah “situs teroris” lainnya, termasuk fasilitas penyimpanan senjata. Militer Israel (IDF) menyatakan bahwa peluncur roket tersebut siap untuk ditembakkan ke arah Israel, meskipun belum ada laporan pasti mengenai korban jiwa akibat serangan ini.
Menurut laporan dari Kantor Berita Nasional Lebanon, Israel melancarkan setidaknya 52 serangan di wilayah selatan negara itu pada Kamis malam. Sementara itu, Hezbollah mengklaim telah meluncurkan serangan balasan terhadap situs militer di Israel utara. Serangan udara yang berlangsung lebih dari dua jam ini menjadi salah satu yang paling intens dalam konflik terbaru antara kedua pihak.
Jumat pagi, militer Israel mencabut larangan pergerakan yang diberlakukan pada komunitas di Dataran Tinggi Golan dan bagian utara Israel, setelah situasi dianggap lebih aman. Namun, IDF memperingatkan bahwa “kegiatan di area latihan” di Israel utara akan berlangsung akhir pekan ini, dan tembakan serta ledakan mungkin terdengar di permukiman sekitar.
Pemimpin Hezbollah, Hassan Nasrallah, dalam pernyataannya pada Kamis malam mengatakan, ledakan mematikan yang terjadi awal pekan ini “melampaui semua batasan”. Dia menuduh Israel telah melakukan apa yang dianggapnya sebagai deklarasi perang terhadap Lebanon.
“Musuh telah melanggar semua aturan, hukum, dan garis merah. Mereka tak peduli dengan apapun, baik secara moral, kemanusiaan, maupun hukum,” ujar Nasrallah dalam pidato yang disiarkan televisi.
Meski demikian, Israel belum secara resmi mengakui bertanggung jawab atas ledakan yang terjadi pada Selasa dan Rabu. Ledakan tersebut menyebabkan 37 orang tewas dan 3.000 orang terluka di Lebanon. Ledakan ini terjadi hampir serentak di seluruh negeri, menghancurkan pager dan walkie-talkie di berbagai wilayah.
Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, mengatakan bahwa negaranya sedang memulai “fase baru dalam perang”, dengan fokus lebih besar ke wilayah utara. Sejak serangan lintas perbatasan pertama Hezbollah pada 8 Oktober 2023, ratusan orang, terutama pejuang Hezbollah, telah tewas, sementara puluhan ribu orang di kedua sisi perbatasan telah mengungsi.
Di tengah meningkatnya ketegangan, Kepala Perawat Hisham Bawadi dari Beirut, mengatakan bahwa rumah sakit tempatnya bekerja menerima “tsunami pasien” setelah ledakan terjadi.
“Sebagian besar luka dialami di bagian wajah, terutama mata, dengan beberapa cedera di ekstremitas atas dan perut,” kata Bawadi.
“Sejumlah operasi besar akan dilakukan akhir pekan ini untuk menangani jumlah korban yang tinggi,”tambahnya sebagaimana dilansir dari BBC News (RED).
Discussion about this post