KYIV, RADIANTVOICE.ID – Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy menyatakan bahwa “Rencana Kemenangan” untuk mengakhiri konflik dengan Rusia telah selesai dan siap dilaksanakan. Rencana ini dirancang untuk memastikan perdamaian yang abadi dan menghindari konflik kembali di masa depan, setelah Ukraina lebih dari dua setengah tahun berada dalam perang dengan Rusia.
Zelenskiy sebelumnya berjanji akan mempresentasikan rencana tersebut kepada Presiden AS Joe Biden saat menghadiri sidang Dewan Keamanan dan Majelis Umum PBB minggu depan. Meski memberikan pembaruan harian mengenai kemajuan rencana ini, Zelenskiy hanya menyebutkan bahwa rencana ini dibuat berdasarkan konsultasi mendalam dan akan mengamankan kepentingan Ukraina.
“Hari ini, saya bisa mengatakan bahwa rencana kemenangan kita sudah sepenuhnya siap. Semua poin, area fokus utama, dan rincian penting lainnya telah ditentukan,” kata Zelenskiy dalam pidato malamnya sebagaimana diberitakan Reuters.. Dia juga menegaskan bahwa tekad untuk melaksanakan rencana ini adalah kunci utama kesuksesannya.
Zelenskiy menolak gagasan perdamaian sementara atau pembekuan konflik, yang menurutnya hanya akan menunda agresi Rusia.
“Tidak ada alternatif untuk perdamaian yang komprehensif. Tidak ada yang namanya perang beku atau manipulasi lain yang hanya akan menunda agresi Rusia ke tahap berikutnya,” ujarnya.
Sehari sebelumnya, Zelenskiy mengadakan pertemuan dengan komandan militer tertinggi Ukraina yang, menurutnya, menghasilkan langkah-langkah strategis yang signifikan untuk memperkuat pertahanan Ukraina. Strategi militer yang solid tetap menjadi bagian penting dari rencana kemenangan tersebut.
Dasar dari rencana damai Zelenskiy sudah diperkenalkan pada akhir 2022, yang mencakup penarikan semua pasukan Rusia dari wilayah Ukraina, pengembalian perbatasan pasca-Soviet Ukraina, serta cara-cara untuk meminta pertanggungjawaban Rusia atas invasi yang telah merusak tatanan global.
Pertemuan “KTT Perdamaian” yang diadakan di Swiss pada Juni lalu menempatkan rencana ini sebagai fokus utama, dengan peserta berjanji untuk mengadakan KTT kedua akhir tahun ini. Meskipun Rusia tidak diundang ke pertemuan tersebut, Zelenskiy dan sekutunya membuka kemungkinan untuk mengundang Moskow pada pertemuan berikutnya.
Zelenskiy menegaskan bahwa negosiasi dengan Rusia tidak akan dimulai selama pasukan Rusia masih menduduki sekitar 20% dari wilayah Ukraina. Bagi Zelenskiy, integritas teritorial Ukraina adalah harga yang tidak bisa dinegosiasikan dalam pencapaian perdamaian.
Sementara itu, Rusia berkali-kali mengklaim bersedia untuk bernegosiasi, namun menolak perundingan selama pasukan Ukraina masih berada di wilayah Kursk, yang diserang Ukraina pada bulan lalu. Bagi Rusia, setiap pembicaraan harus dimulai dengan pengakuan atas klaim teritorialnya di wilayah yang dikuasai (RED).
Discussion about this post