JAKARTA, RADIANTVOICE.ID – Lebih dari 1.000 orang, termasuk para pejuang Hizbullah dan petugas medis, terluka pada Selasa, (17/9/24), ketika pager yang mereka gunakan untuk berkomunikasi meledak di seluruh Lebanon. Ledakan tersebut terjadi serentak, memicu kekhawatiran akan adanya sabotase yang terencana. Pihak berwenang Lebanon kini tengah menyelidiki insiden ini dan memastikan langkah-langkah keamanan tambahan di wilayah-wilayah terdampak.
Beberapa anggota Hezbollah juga terluka akibat ledakan ini. Kelompok milisi ini telah lama menjadi bagian dari konflik perbatasan dengan Israel, dan insiden terbaru ini menambah ketegangan.
Hezbollah, kelompok bersenjata yang didukung Iran, memiliki sejarah panjang dalam pertempuran lintas batas dengan Israel, terutama sejak pecahnya konflik Gaza pada Oktober lalu. Perang ini merupakan salah satu eskalasi terburuk dalam beberapa tahun terakhir.
“Ledakan yang terjadi di berbagai lokasi telah melukai sejumlah pejuang kami,” kata seorang sumber dari Hezbollah yang enggan disebutkan namanya sebagaimana dipetik dari Reuters.
Kelompok ini didirikan pada tahun 1982 oleh Pengawal Revolusi Iran selama perang saudara Lebanon yang berlangsung dari 1975 hingga 1990. Tujuan awal pembentukan Hezbollah adalah untuk melawan invasi Israel di Lebanon dan menyebarkan Revolusi Islam Iran ke wilayah tersebut.
Hezbollah juga merupakan bagian dari aliansi “Axis of Resistance”, yang mencakup berbagai kelompok yang didukung Iran di Timur Tengah, termasuk Hamas di Palestina. Sejak serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober, Hezbollah aktif menembakkan roket ke posisi Israel di perbatasan.
Konflik ini telah menyebabkan puluhan ribu orang di Lebanon dan Israel mengungsi, dengan kedua pihak saling melancarkan serangan roket dan drone.
“Kami menembakkan roket untuk mendukung saudara-saudara kami di Gaza,” tambah sumber dari Hezbollah.
Kelompok ini memiliki kekuatan militer yang cukup signifikan, termasuk ribuan roket yang mampu menjangkau seluruh wilayah Israel. Dalam perang tahun 2006, Hezbollah menunjukkan kemampuan militernya yang berkembang pesat.
Meskipun banyak negara Barat, termasuk Amerika Serikat, menganggap Hezbollah sebagai kelompok teroris, mereka memiliki pengaruh besar di Lebanon, baik dari segi politik maupun militer. Banyak warga Syiah Lebanon yang mendukung kelompok ini karena dianggap melindungi negara dari ancaman Israel.
Namun, Hezbollah juga dituduh terlibat dalam berbagai serangan terhadap kepentingan Barat dan sekutunya, termasuk pengeboman kedutaan dan penculikan warga negara asing pada 1980-an (RED).
Discussion about this post