AMERIKA, RADIANTVOICE.ID – Setelah debat presiden pertama yang sengit di Philadelphia, Kamala Harris menanggapi penolakan Donald Trump untuk mengikuti debat kedua dengan pernyataan keras di North Carolina. Harris menegaskan bahwa pemilih “berhak” untuk melihat debat tambahan karena besarnya kepentingan pemilihan mendatang.
“Apa yang dipertaruhkan tidak bisa lebih penting,” kata Harris dalam rapat umum kampanye tersebut.
Harris menekankan bahwa pemilih harus diberikan kesempatan untuk membandingkan calon secara langsung, terutama karena kedua kandidat berada dalam posisi yang sangat ketat menjelang pemilihan.
Jajak pendapat yang dilakukan pascadebat menunjukkan Harris tampil lebih baik daripada Trump, dengan serangkaian serangan pribadi yang membuat Trump defensif. Dalam debat tersebut, Harris menyoroti berbagai isu termasuk ukuran kerumunan rapat umum Trump dan keterlibatannya dalam kerusuhan 6 Januari 2021 di Capitol AS.
Tanggapan Harris terhadap penolakan Trump menekankan pentingnya debat untuk memberikan gambaran yang jelas kepada pemilih mengenai pilihan mereka. Trump, yang menolak untuk mengikuti debat kedua, mengklaim bahwa hasil jajak pendapat menunjukkan dirinya sebagai pemenang debat pertama. Ia menuduh Harris hanya mencari alasan untuk pertandingan ulang setelah kekalahan. Trump juga mengkritik jurnalis ABC yang memoderasi debat, menyebut mereka tidak adil dan memihak Harris.
“Kami rasa kami sudah membahas semuanya dan saya tidak berpikir mereka juga menginginkannya,” kata Trump dalam wawancara dengan Telemundo Arizona sebagaimana dipetik dari BBC News.
Dalam kampanyenya, Harris terus mendesak agar debat kedua tetap dilanjutkan dengan argumen bahwa debat tambahan akan memberikan kesempatan bagi pemilih untuk menilai secara mendalam pilihan mereka. Kampanye tersebut menekankan kesiapan Harris untuk menghadapi debat kedua dan mengecam keputusan Trump sebagai upaya untuk menghindari tantangan.
Setelah debat pertama, beberapa juru bicara kampanye Trump, termasuk Anggota DPR Republik Matt Gaetz, sempat memperkirakan bahwa Trump akan menerima debat tambahan. Namun, Trump menyebut debat tersebut “dipalsukan” dan menolak untuk melanjutkannya. Penolakan ini tampaknya bertentangan dengan pernyataan awal kampanyenya yang mendukung serangkaian debat.
Keputusan Trump untuk menolak debat kedua juga menciptakan ketidakpastian mengenai jadwal debat mendatang. Penasihat senior Trump, Jason Miller, sebelumnya mengonfirmasi bahwa Trump akan berpartisipasi dalam tiga debat, namun pernyataan ini tampaknya tidak sesuai dengan keputusan terbaru Trump.
Menurut Adam Green dari Komite Kampanye Perubahan Progresif, keputusan Trump untuk menolak adanya debat kedua bisa menjadi keuntungan bagi kampanye Harris, memberikan kesan positif sebagai kandidat yang serius.
“Pemilih akan memiliki kesan yang bertahan lama tentang Kamala Harris sebagai seseorang yang layaknya presiden dan berdiri di sisi mereka,” kata Green. Namun, ada juga pandangan bahwa keputusan Trump mungkin menandakan rasa takut akan kehilangan momentum.
Perlu untuk diketahu, debat calon presiden telah menjadi tradisi sejak 1960 di mana saat itu terjadi perdebatan yang sengit pertama kali dalam sejarah Amerika antara Kennedy melawan Nixon. Tetapi, pasca keputusan Joe Biden untuk menarik diri dari kobtestasi dan ketidakpastian mengenai debat tambahan antara Harris dan Trump menciptakan tensi politik yang meninggi dalam kontestasi pemilihan presiden Amerika kali ini. Statistik menunjukkan bahwa debat pertama menarik perhatian besar dari pemirsa, menambah kompleksitas persaingan politik yang semakin ketat (RED).
Discussion about this post