AMERIKA, RADIANTVOICE.ID – Menghadapi debat perdana dalam gelaran Pilpres Amerika, Kamala Harris mengaku telah mempersiapkan diri di Pittsburgh sejak Kamis lalu. Harris mengaku mengadakan sesi simulasi di atas panggung dengan pencahayaan yang meniru suasana debat. Philippe Reines, mantan ajudan Hillary Clinton, berperan sebagai Donald Trump.
Sementara itu, Trump tidak berlatih secara formal, melainkan mengandalkan obrolan santai dengan penasihat, serta melakukan wawancara media untuk bersiap menghadapi debat hari Selasa. Mantan anggota Kongres Demokrat Tulsi Gabbard—yang pernah terlibat pertukaran sengit dengan Harris dalam debat presiden Demokrat 2019—memberikan saran kepada Trump.
Dalam panggilan dengan wartawan, Gabbard menyatakan bahwa Trump akan memperlakukan Harris seperti lawan lainnya.
“Presiden Trump menghormati perempuan dan tidak merasa perlu bersikap merendahkan atau berbicara kepada perempuan dengan cara berbeda daripada kepada pria,” katanya.
“Dia akan berbicara mengenai catatan Harris dan membandingkannya dengan rekam jejak keberhasilannya sendiri,”imbuhnya.
Meskipun serangan pribadi pasti akan mendapat banyak perhatian, terutama di media sosial, kedua kandidat ini kemungkinan akan berdebat mengenai beberapa isu besar.
Seorang pejabat kampanye Harris mengatakan bahwa Harris diharapkan akan menekankan isu aborsi, menggambarkan Trump sebagai sosok yang tidak layak memimpin. Harris juga akan mempromosikan rencananya untuk memperkuat kelas menengah dan menurunkan biaya hidup bagi konsumen.
Aborsi telah menjadi isu utama bagi Harris dan Partai Demokrat sejak 2022, ketika Mahkamah Agung AS – dengan dukungan tiga hakim yang ditunjuk Trump – menghapus hak aborsi secara nasional dalam keputusan yang sangat tidak populer. Dalam pidatonya, Harris sering mengaitkan keputusan ini dengan Trump, menyebut berbagai pembatasan negara bagian sebagai “larangan aborsi Trump.”
Harris juga berusaha mengaitkan Trump dengan Project 2025, sebuah rencana konservatif dari lembaga pemikir Heritage Foundation yang mengusulkan perluasan kekuasaan eksekutif, penghapusan regulasi lingkungan, dan membuat pengiriman pil aborsi antar negara bagian ilegal, di antara tujuan sayap kanan lainnya.
Trump sendiri telah memberikan retorika yang berubah-ubah tentang aborsi, sambil menjauhkan diri dari Project 2025, meskipun banyak mantan penasihatnya terlibat dalam penyusunan rencana tersebut.
Trump kemungkinan besar akan menyerang Harris terkait kebijakan imigrasi pemerintahan Biden, menyalahkan mereka atas tingginya jumlah migran yang melintasi perbatasan sebelum sejumlah perintah eksekutif baru-baru ini menurunkan angka tersebut secara signifikan. Trump juga diperkirakan akan menyalahkan Harris atas tingginya harga kebutuhan konsumen yang membuat banyak warga Amerika merasa pesimistis tentang ekonomi, meskipun ada pertumbuhan pekerjaan dan upah yang kuat.
Selain itu, Trump akan menyoroti dukungan Harris di masa lalu (yang kini sudah ditinggalkannya) terhadap sikap pelarangan fracking, menggambarkannya sebagai sosok yang plin-plan atau sebagai seorang liberal ekstrem yang menyamar (RED).
Discussion about this post